hai selamat bergabung disini semoga bisa menambah ilmu dan pengetahuan kita semua.

Disini tempat kita saling berbagi pengetahuan dan bukan untuk saling memperlihatkan siapa yg jago siapa paling hebat..

tapi mari kita saling bertukar pengetahuan.....

WARNING......!!!!

Bagi member yg usianya di bawah dari 17 thn dimohon kiranya agar tidak membuka room khusus
dewasa semua yg ada didalam adalah diluar tanggung jawab kami....

Atas Perhatiannya kami ucapkan terima kasih

Join the forum, it's quick and easy

hai selamat bergabung disini semoga bisa menambah ilmu dan pengetahuan kita semua.

Disini tempat kita saling berbagi pengetahuan dan bukan untuk saling memperlihatkan siapa yg jago siapa paling hebat..

tapi mari kita saling bertukar pengetahuan.....

WARNING......!!!!

Bagi member yg usianya di bawah dari 17 thn dimohon kiranya agar tidak membuka room khusus
dewasa semua yg ada didalam adalah diluar tanggung jawab kami....

Atas Perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Sexlite, Aku Sudah Berubah

Go down

 Sexlite, Aku Sudah Berubah Empty Sexlite, Aku Sudah Berubah

Post  matikonyol Sat Dec 18, 2010 1:11 am

Namaku Sari, usiaku 18 tahun. Aku seorang anak SMU kelas 3 yang sebentar lagi lulus dari sekolahku. Tidak ada yang istimewa dariku, aku hanya seperti anak kelas 3 pada umumnya. Hanya saja secara kebetulan baru-baru ini aku didaulat untuk ikut olimpiade fisika tingkat nasional dan aku menang juara 2 sehingga banyak teman-temanku yang menganggap aku jenius walaupun sebenarnya tidak. Aku hanya meluangkan waktuku belajar lebih banyak dari pada mereka.
Anak jenius, yah, itulah mereka memanggilku sekarang. Karena selain karena keberuntunganku memenangkan juara 2 lomba fisika tempo hari aku tidaklah memiliki kelebihan apapun. Olah raga aku payah, kesenian aku tidak bisa, wajah….biasa-biasa saja. Bahkan banyak temanku menganggap aku ini bocah alim yang sangat alim karena penampilanku berbeda dengan mereka, ada juga yang mengatakan aku kutu buku karena kaca mataku dan hobi membacaku di perpustakaan. Well, semua julukan yang ‘tidak cantik’ pernah melekat padaku walaupun sebentar.
“Sari…kemari cepat!” seru seorang anak perempuan dilorong dekat kantin sekolah. Anak itu adalah Lia, dia teman baikku. Kami berteman sejak masih kelas 1 SMU. Dia satu-satunya teman sekolahku yang selalu ada didekatku dan selalu baik denganku.
“Ada apa sih? Apa itu?” tanyaku menanyakan selebaran yang dibawanya. Lia lalu memberikan padaku.
“Tuh lihat! Ada selebaran undangan ulang tahunnya si Rena, cewek paling terkenal di sekolah kita.” Kata Lia sambil meminum teh botolnya. Aku mengernyitkan dahiku seolah bertanya, ada apa dengan itu. Lia lalu meletakkan botol the tersebut yang sudah kosong kesampingku dan mengajakku duduk di beranda kantin. “Begini nih. Kamu tahu kan kalau Rena ulang tahun dia pasti pesta besar, maklum anak orang kaya. Lagi pula sekarang adalah ulang tahunnya yang ke 18 alias tahun terakhirnya di SMU, 3 bulan lagi kita semua lulus.” Melihat aku yang masih bengong dan bingung, Lia geleng-gelengkan kepalanya menahan jengkel. “Masa lo belum mengerti juga sih? Kalau dia ultah dia bakalan mengundang anak-anak klub basket ke rumahnya. Lo pernah bilang sendiri khan kalau lo suka sama si Rendy itu, yang anak klub basket. Ini kesempatan lo buat deketin dia di pesta. Pas banget khan?” kata Lia bersemangat.
Memang aku pernah mengatakan kalau aku menyukai Rendy anak klub basket tetapi seperti punuk merindukan bulan. Rendy merupakan idola banyak cewek disekolahku mana mungkin mau menoleh padaku.
Lia lalu beranjak berdiri dan menarikku. “Ayo kita ke Rena! Kita minta undangan ulang tahunnya.” Katanya sambil menyeret tanganku pergi dari kantin. Walaupun selang beberapa detik kemudian penjaga kantin meneriaki kami meminta agar Lia membayar teh botol yang telah dia minum barusan.

“Huh? Kalian mau datang? Nggak salah nih?” kata seorang teman Rena yang bernama Juni, gadis ini selain sombong juga merupakan tangan kanan Rena. Bisa dibilang Rena merupakan ketua gank cantik di sekolah ini, setidaknya begitu anak-anak lain menyebutnya karena kemanapun dia pergi selalu bersama dengan 4 orang anak perempuan yang selalu bertindak seperti bodyguard-nya saja.
“Heh, gua ngomong ke Rena bukan sama lo tauk. Gimana Ren? Kita boleh datang khan?” sahut Lia ketus menanggapi ucapan Juni barusan. Juni sempat naik pitam dan berdiri dari tempat duduknya namun disergah oleh Rena.
“Hmmm…..gimana ya…?” jawaban Rena mengambang sambil pandangan matanya terarah padaku dan seperti menelusuri seluruh lekuk tubuhku. Aku yang risih seperti merasa diremehkan segera membalikkan tubuhku namun Rena kembali menyahut, “OK. Nggak masalah sih bagiku asalkan kalian berdandan yang rapi saja, jangan seperti saat kalian pergi ke pasar. Karena bakalan banyak cowok ganteng kenalanku yang bakalan hadir nanti. Jam 7 malam tepat. Nih…!” kata Rena sambil memberikan dua buah undangan warna merah tua kepada Lia.
Aku serasa tak percaya, Rena memberikan kesempatan kepadaku? Lia tersenyum lalu menarik tanganku pergi dari tempat itu. “Sekarang sudah selesai syarat untuk datang ke pesta itu. Tinggal bagaimana agar si Rendy tertarik sama lo OK?” Lia melirikku sambil tersenyum penuh kemenangan. “Malam nanti lo harus tampil beda. Kita cabut sekarang.” Seru Lia.
Aku kaget mendengar perkataan Lia, “Tapi ntar khan masih ada pelajaran matematika Li, gimana sih? Masa kita harus bolos?” protesku namun mulutku dibekap oleh Lia.
“Bego banget sih lo. Jangan keras-keras ntar kedengaran guru bisa gawat. Coba lo pikir kesempatan buat ketemu Rendy dan pdkt sama dia ada berapa kali sih dalam seumur hidup lo? Buat bikin lo tampil beda bakalan butuh waktu lama, makanya kita harus persiapan segera mulai dari sekarang, lagian lo khan udah jago matematika, bolos sekali juga nggak bakalan berubah tuh rumus-rumus didalamnya.” Sanggah Lia lalu menarik tanganku lagi untuk kemudian mengendap-endap keluar dari sekolah dengan memanjat tembok belakang yang sedang diperbaiki.
Jadi juga siang itu kami membolos. Tempat pertama yang dituju oleh Lia adalah salon. Dia mengajakku untuk pedicure manicure sesuatu yang tak lazim bagiku. Belum lagi menata rambutku dengan tambahan extension disana sini plus diwarnai cerah. Benar-benar rambutku dirubah total.
Puas dari salon, sekarang Lia menyeretku menuju ke department store terdekat untuk mencarikan pakaian yang pas buat pesta nanti malam tak lupa make up baru. Semua dibayar oleh Lia. Memang Lia seorang anak pengusaha yang cukup sukses namun aku jadi rikuh karenanya.
“Aku jadi sungkan, kamu ngabisin duit banyak buat aku Li.” Kataku pada Lia namun Lia sepertinya cuek saja. Dia malah melirik kearah tas-tas keren yang dijajar disamping etalase toko pakaian.
“Ini sepertinya cocok buat lo. Coba lo pake! Gua rasa pas banget sama baju yang barusan dibeli, matching banget. OK, mbak tolong ini dibungkus ya…!” kata Lia kepada pelayan toko itu tanpa melihat harga yang terpampang di tas itu. Dalam hatiku aku sangat berterima kasih padanya dan berhutang budi karena dia sudah terlalu banyak berkorban untukku selama ini.
“Makasih banget ya Li. Kamu udah banyak bantu aku selama ini. Aku nggak tahu harus….” Belum selesai aku bicara Lia sudah memotong perkataanku.
“Heh! Lo ngomong apaan sih? Kita ini khan udah lama temenan, ngapain juga pakai dipikirin. Yang penting sekarang lo siapin diri lo, bisa gak bisa lo harus bisa dapetin si Rendy malam ini OK!” seru Lia menggebu-gebu.
Malam yang ditunggu telah tiba, aku dijemput Lia dengan mobilnya. “Hmm, gua yakin anak-anak yang lain bakalan terpana lihat penampilanmu sekarang. Contact Lens nya udah lo pakai khan? Dari pada pakai kacamata mendingan pakai yang itu lebih kecil dan bikin mata lo jadi bewarna biru…keren…hahaha.” Kata Lia padaku. Malam itu memang aku memakai contact lens yang aku beli dari hasil menabung selama 8 bulan terakhir ini.
Tiba juga akhirnya aku dirumah Rena. Wow megah, celetukku dalam hati namun tak sampai kukeluarkan ucapan itu. Sisca salah seorang anggota gank Rena berjaga di pintu masuk rumah, dia bertugas menyapa tamu-tamu yang datang malam itu.
“Anu, bukannya lo harusnya datang bareng si kutu buku itu Li?” sapa Sisca ogah-ogahan sambil memperhatikan diriku dari atas hingga bawah.
Lia tersenyum, “Lo pikir siapa yang datang bareng gue sekarang ini hah?” dia menyahut sambil berlalu, Lia menarik tanganku untuk masuk kedalam rumah Rena. Sisca terkesiap terkejut setelah tahu kalau si kutu buku itu ternyata baru saja melewatinya.
“Sis, ada apa sih? Kayak habis lihat hantu aja lo.” Kata Juni sambil menepuk pundak Sisca. “Hoi sadar hoi…! Eh lo liat si anak kutu buku yang harusnya datang bareng si Lia itu?” tanya Juni namun Sisca diam saja masih terbengong-bengong lalu dia menunjuk kearahku yang sedang bersalaman dengan seorang cowok yang minta kenalan. Sekarang bukan Sisca saja yang terkejut tapi juga Juni. “Cewek yang berdandan kece itu? Hah…gak mungkin!” jerit Juni yang nyaris didengarkan oleh separuh orang yang ada di tempat itu. Lia tersenyum penuh kemenangan.
Tidak butuh waktu lama sampai semua teman-temanku yang hadir ditempat itu terbengong-bengong dengan perubahan yang aku alami ini. Bahkan sang ratu pesta yang juga empunya acara seperti menempati urutan kedua dalam mendapat perhatian. Banyak teman-temanku yang berebutan ingin bercakap-cakap denganku bahkan beberapa cowok terlihat begitu antusias memuji kecantikanku padahal dulu menolehpun mereka tidak.
“Hai Sari, apa kabar?” sebuah suara seorang anak laki-laki menyapaku dari belakangku. Aku menoleh dan langsung gugup dibuatnya, bagaimana tidak karena pemuda itu adalah si Rendy yang selama ini aku sukai. Seharusnya akulah yang mencoba mendekatinya tapi tak disangka ternyata sekarang malah dia yang mendekatiku. “Ini aku bawakan minum, kamu cantik sekali hari ini Sari.” Kata Rendy lagi sambil memberikan segelas minuma softdrink kepadaku.
“Ah…Rendy. Hai juga. Anu aku…” belum sempat aku berbicara, Rendy sudah menarik tanganku memintaku agar mengikutinya. Ternyata acara pemotongan kue sudah dimulai. Lia yang seharusnya ceria saat pemotongan kue tersebut jadi cemberut karena ternyata teman-temannya lebih memperhatikan aku dibandingkan dirinya bahkan Rendy yang sudah lama dia dekati juga beralih mendekatiku.
Sepuluh menit kemudian Rendy bersama beberapa teman-temannya memberikan sajian musik untuk memeriahkan suasana pesta tersebut. Memang sih Rendy serba bisa, bukan hanya bermain basket saja dia yang pandai tetapi juga bermain musik juga cukup ahli, karena sudah sejak SMP dia menjadi anak band.
“Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang yang cantik menawan diujung sana yang sedang bersandar di dinding. Special untukmu.” Kata Rendy sambil menunjukku yang memang sedang bersandar di dinding pembatas dengan area kolam renang. Terang saja banyak peserta pesta tersebut bersuara kaget. Beberapa di antaranya bersuit-suit menggodaku yang sedang malu berat ini. Seumur hidup aku tidak pernah diperlakukan seperti ini, menjadi pusat perhatian orang banyak.
Malam semakin larut beberapa hadirin pesta ada yang sudah pergi pulang beberapa diantaranya masih tetap bertahan. Memang di rumah ini Rena hanya tinggal bersama dengan para pembantunya saja karena kedua orang tuanya merupakan pengusaha yang sangat sibuk sehingga mereka jarang berada dirumah. Sang ayah sendiri berada luar negeri sementara sang ibu berada di pulau Bali untuk mengurus bisnisnya disana, kabarnya mereka memiliki 1 buah cottage dan 1 buah hotel bintang 4 di pulau dewata itu. [de_squall's property at DuniaSex Forum]


“Eh Ren, kamu tahu dimana Lia sekarang? Aku kok nggak melihat dia ya sedari tadi?” tanyaku kepada Rendy.
“Mungkin dia sedang bersama dengan teman-temannya yang lain. Lagi pula ini sudah malam mungkin dia sudah tertidur disuatu tempat dirumah yang besar ini. Eh kamu belum ngantuk khan? Yuk kita pergi dari sini, rumah ini gede banget aku juju raja belum pernah lihat rumah segede ini, yuk kita jelajahi.” Ajak Rendy kepadaku.
“Jangan Ren, nanti kalau Rena tahu, dia bisa marah karena kelancangan kita ini.” Aku takut juga membayangkan bagaimana kalau Rena sampai marah nanti. Lagipula aku seperti tidak nyaman berada di rumah besar ini.
“Udah deh nggak usah pedulikan dia. Lihat aja sekarang dia malah udah teler bareng temen-temen cowoknya. Anggota ganknya yang lain juga kalau nggak tertidur juga sudah ikut teler.” Rendy lalu menarik tanganku mengajakku pergi. Aku heran juga kenapa pesta yang sebelumnya biasa-biasa saja pada akhirnya malah ada suguhan minuman keras bahkan Rena menyewa seorang bartender untuk meracik minuman beralkohol itu di meja bar kecil.
Rumah ini sangat besar dan entah memiliki berapa kamar didalamnya. Tak heran kalau Rena memiliki 5 orang pembantu, 1 sopir, 1 tukang kebun. Hanya saja sopir dan tukang kebunnya selalu pulang tiap sore karena kebetulan rumah mereka dekat. Sementara itu kelima pembantunya berada dikamar mereka masing-masing mungkin sudah dipesan oleh Rena sebelumnya. Selain berkamar banyak dengan tiga lantai, rumah ini dilengkapi dengan kolam renang yang lumayan besar ditambah dengan kebun dibagian belakang rumah. Tamannya juga tertata apik. Entah berapa milyar harga dari semua property ini. Karena benar-benar jeuh lebih luar dibandingkan dengan rumah-rumah disekitarnya yang juga sebenarnya merupakan rumah mewah.


“Eh ini kamarnya siapa ya?” Rendy seenaknya masuk kedalam salah satu kamar. Aku mencoba mencegahnya takut kalau ketahuan tetapi Rendy malah mengajakku masuk. “Udah santai aja semua lagi sibuk sendiri-sendiri kita bisa bersantai disini tanpa takut.” Kata Rendy sambil duduk di kasur springbed di kamar itu.
“Ren, ini sepertinya kamar tamu deh. Eh kok dari tadi waktu kita berkeliling tidak menemukan si Lia yah? Dia kemana ya kira-kira? Jangan-jangan udah pulang lagi.” Aku mulai cemas jika memang Lia sudah pulang karena rumahku sangat jauh dari rumah Rena ini dan tengah malam begini tidak akan ada kendaraan umum yang masuk ke kompleks rumah mewah ini. Belum lagi nanti dijalan cukup rawan jika pergi sendirian.
Rendy tertawa, “Tenang aja lagi. Kita tidak perlu pulang malam ini, pagi nanti saja kita pulang. Lagi pula Rena juga sejak awal mempersiapkan jika ada yang kemalaman dan ingin menginap disini. Tetapi sepertinya Lia belum pulang karena mobilnya masih ada di depan tuh.” Kata Rendy lagi.
Rendy kemudian bercerita panjang lebar mengenai kegiatan basketnya dan pengalamannya saat dia manggung sebagai anak band. Aku menyimaknya dengan sangat senang. Aku merasa kalau seolah-olah Rendy seperti seorang kekasih menceritakan pengalamannya selama jauh dariku. Benar-benar romantis ditambah lagi di kamar itu hanya ada kami berdua.
Tiba-tiba Rendy menyandarkan kepalanya dipundakku, “Kamu benar-benar cantik hari ini Sari. Selama ini kamu tidak pernah berdandan seperti ini, ternyata benar-benar cantik. Dengan gaun hitam kamu itu ditambah dengan make-up kamu pas banget benar-benar matching. Kalau tahu kamu bisa dandan secantik ini pasti sejak lama kamu aku pacarin biar aku nggak jomblo terus kayak sekarang ini.” Katanya sambil mengarahkan tangannya untuk memelukku.
Aku biarkan semua itu terjadi, sejenak aku terlena ucapan manisnya. “Ren, kamu bukannya pernah pacaran sama Rena?” tanyaku penasaran.
Rendy tertawa lalu melepaskan pelukannya sambil menoleh kearahku yang sedang duduk disampingnya. Dia melihat wajahku sambil melirik ke bagian atas tubuhku. Spontan aku menutup bagian tubuhku yang dia lirik itu lalu dia tertawa lagi. Memang malam itu aku mengenakan gaun yang punya potongan leher sangat rendah hingga belahan dadaku menjadi sangat terlihat jelas sementara itu bagian punggung separuh terbuka.
“Aku pacaran sama Rena? Emangnya mau gantung diri karena jengkel tiap hari? Dia tuh orangnya manja dan mau menang sendiri mana mau aku sama dia. Lagian orang manja kayak dia paling yang dia butuhkan cuman pembantu tambahan buat pelengkap 4 temennya tuh.” Katanya lalu kami berdua tertawa bersama. Ternyata selama ini Rena-lah yang mengejar-ngejar Rendy dan bukan Rendy.
“Rendy!” aku terkejut ketika tiba-tiba pemuda ini mendaratkan ciumannya di bibirku. Aku menghindar ketika merasakan bibirnya menyentuh bibirku. “Ren! Kamu…” aku tak sanggup meneruskan kata-kataku. Aku merasakan kalau sesuatu telah hilang dari diriku. Rendy telah mengambil ciuman pertamaku.
“Sari. Aku menyukaimu. Sepertinya memang ini takdir kita. Aku selama ini tidak pernah bisa punya pacar karena menunggu orang sepertimu.” Rendy menatapku tajam. Perlahan wajahnya semakin dekat dan kembali ciuman itu terjadi. Kali ini ciuman kedua yang lebih lama dari yang pertama.
Tanpa sadar akupun menyerahkan diriku pada pemuda yang sudah dua tahun ini selalu kupuja namun baru kali inilah dia menoleh padaku. Bibir kami berpagutan membuatku seperti ke awan rasanya. Aku merasakan ketika lidahnya menyapu bibirku dan bersentuhan dengan lidahku. Sesuatu yang selama ini hanya bisa kulihat di film-film itu sekarang terjadi padaku. Dia menciumku dengan penuh hasrat dan cinta.


Entah apa yang terjadi, saat aku sadar aku sudah dalam posisi terlentang di tempat tidur ini. Rendy berada diatasku menatapku lalu mencumbu leher dan bibirku lagi. Kedua tangannya mulai berani menyentuh buah dadaku yang masih diselimuti gaun malam itu. Kedua tanganku berusaha menolak namun sepertinya aku telah kalah melawan cumbuan pemuda ini. Pada akhirnya aku hanya pasrah dan membiarkan kedua tangannya dengan bebas meremas payudaraku dari luar gaun.
Aku mendesah tiap kali merasakan remasan itu pada dadaku. Ini kali pertamanya seseorang meremas dadaku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat di payudaraku. Ternyata tangan Rendy sudah menyusup dibalik gaun yang kukenakan dan melewati bra yang kupakai itu. Dengan mudah kedua jarinya menyentuh puting susuku dan memainkannya dengan cara memelintirnya berulang-ulang dengan ringan. Aku seperti terseterum listrik rasanya. Sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya Rendy berhasil menelanjangi seluruh tubuhku hingga tanpa sehelai kainpun. “Rendy…” aku berharap ini hanya mimpi karena jujur saja aku belum siap untuk semua ini, ini terlalu cepat bagiku.
Rendy seperti tidak mengindahkan ucapanku dia kembali menciumku kali ini sambil melucuti seluruh pakaiannya. Akhirnya tubuh kami berduapun telanjang total dan ini kali pertamanya juga aku melihat tubuh pemuda remaja secara total bahkan bersentuhan. Kemaluannya yang kupikir sebelumnya tidak jauh berbeda dengan penis milik adikku yang masih SD itu ternyata jauh berbeda. Penisnya benar-benar jauh lebih besar dan tegang sekali. Sedikit ketakutan terbersit di wajahku. Apalagi ketika Rendy mulai merentangkan kedua pahaku.


“Sayang. Jadilah kekasihku. Aku akan mencintaimu selamanya.” Kata Rendy sambil menciumi payudaraku dan lidahnya bermain di puting susuku. Dia seperti sudah mengetahui seluruh seluk beluk tubuhku beserta kelemahannya. Rendy sangat tahu cara membuatku terbang walaupun itu untuk pertama kalinya.
“Akhhh…!!!” jeritku tertahan ketika aku merasakan kemaluanku seperti tertusuk sesuatu. Sesuatu yang besar dan basah yang terus mencoba untuk membelah himpitan bibir vaginaku dan menerobos masuk kedalam liang senggamaku.
“Rendy….sakittt!!! Sakit Ren.” Seruku berharap Rendy akan berhenti. Tetapi harapanku tak terwujud. Rendy malah memposisikan tubuhnya semakin menindihku dan mengangkat kedua tungkai kakiku sehingga bersandar di pundaknya.
“Akhhh…sakit Ren!” entah untuk keberapa kalinya aku mengeluh dan mengerang menahan sakit di kemaluanku. Mataku melotot sambil gigiku menggigit bibir bawahku menahan sakit yang sangat ketika Rendy memaksakan batang penisnya yang besar itu menerobos kemaluanku. Kali ini seluruh batang penisnya telah berhasil membobol pertahanan keperawananku. Sakit sekali dan aku bisa merasakan cairan hangat keluar dari dalam vaginaku.
Tanganku ku arahkan ke bibir vaginaku. Aku mendapati cairan warna merah segar disana. Darah perawan. Aku telah diperawani oleh Rendy malam itu. Air mataku mulai mengalir turun dari kedua mataku. Perasaan menyesal, rasa bersalah dan kehilangan menjadi satu.
“Sayang…jangan menangis. Aku akan menjadikanmu kekasihku. Ini bukti bahwa kita sudah bersatu sayangku.” Kata Rendy namun kata-katanya kali ini tidak menghiburku lagi. Entah mengapa sekarang aku sudah tidak begitu peduli dengan ketertarikanku kepada Rendy dan perasaan itu kalah dengan perasaan menyesal.
Aku kembali harus menahan rasa sakit ketika penis Rendy kembali menghunjam ke liang kemaluanku. Kali ini semakin lama semakin cepat. Aku sama sekali tidak merasakan kenikmatan seperti yang kubaca didalam buku atau majalah bahwa bercinta itu enak, nyatanya tidak.
“Akhh…Sari…aku suka kamu….akhhh…!!!” Rendy mulai meracau tak karuan sambil dia terus menindihku sementara pahanya terus menghunjamkan batang penisnya yang besar itu mengobrak-abrik vaginaku yang beberapa menit lalu masih virgin.
Entah beberapa lama, aku merasakan kalau Rendy semakin cepat saja dalam memompa penisnya lalu aku mulai dapat merasakan kalau penisnya sedang berkedut-kedut dalam vaginaku dan kurasakan cairan hangat tumpah mengisi dinding vaginaku malam itu. Rendy mengejang lalu melenguh puas, beberapa detik kemudian dia ambruk menindih tubuhku.
Aku hanya bisa merasakan cairan hangat miliknya sekarang menghuni rahimku. Aku tidak dapat berpikir lagi karena memang hari ini adalah hari suburku. Aku taku, kecewa dan menyesal. Bagaimana kalau aku sampai hamil? Bagaimana kalau nanti aku harus keluar dari sekolah karena itu?
Rendy mencabut penisnya dari vaginaku lalu beranjak bangun dari tempat tidur sambil mengenakan pakaiannya kembali. “Sari…kamu benar-benar cantik malam ini.” Katanya lagi.


Lalu Rendi berjalan menuju pintu kamar, aku terkejut karena dia seperti tidak mempedulikan diriku yang masih lemah karena habis dia perawani. Ketika pintu dibuka aku lebih terkejut lagi karena ternyata ada seseorang dibalik pintu itu. Seseorang yang aku kenal jelas.
“Lia….” Ucapku terbata-bata. “Lia…aku….” Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi.segala macam pikiran berkecamuk di otakku kala itu.
“Gimana Ren? Sari hebat khan?” kata Lia membuatku tak percaya akan apa yang kudengar. Lia tahu kalau aku dan Rendy habis bercinta malam ini?
Rendy tersenyum sambil melirik kearahku. “Memang sih hebat. Make up-nya pas banget walaupun agak ketebalan tetapi matching banget. Lo tahu aja Li kalau gua suka sama cewek yang make up-nya tebal. Stokingnya boleh juga walaupun kurang tipis. Hehehe. Dia emang seperti berlian yang tertutup debu. Gua salut sama lo yang bisa rubah dia seperti bidadari malam ini.” Kata Rendy sambil melirik kearahku lagi.
“Nah berarti perjanjian kita jalan khan?” kata Lia menyahut. “Lo bilang kalau gue bisa kasil lo pengalaman baru, lo bakalan kasih ke gue rekaman pas lo ngentotin si Rena khan.” Lia menagih. Aku semakin tak percaya dengan apa yang kudengar barusan. Lia mempergunakan aku untuk tujuan lain?
“Iya, iya. Nih rekamannya. Gua cuman ada satu karena emang gua gak pernah tahu cara meng-copy-nya. Soalnya dalam bentuk kaset kecil ini. Maklum handycam lama soalnya. Sorry nih, gua cabut dulu. Mau cari sasaran lain. Lagian merawanin cewek tuh kurang kenikmatannya soalnya dari tadi dia merintih terus…nggak seru ah.” Rendy lalu melangkah keluar dan menghilang dibalik pintu.
“Sebenarnya lo ada dendam apa sih sama si Rena?” tanya Rendy sebelum menjauh.
“Bukan urusan lo deh Ren. Yang penting lo dah dapat yang lo pengen, gue juga udah dapat yang gue mau. That’s all.” Sahut Lia sambil tersenyum licik.
“Lia….kamu…apa yang kamu lakukan? Kamu lakuin apa sama aku? Bukannya kita ini sahabat Li?” aku menangis sesenggukan begitu sadar apa yang terjadi. Sahabat baikku memperalatku untuk keperluannya sendiri.
Lia menatapku tajam. “Sari. Tidak ada didunia ini yang namanya persahabatan. Semuanya omong kosong, karena pada akhirnya setiap orang hanya saling memanfaatkan satu sama lain. Lagian lo juga pengen banget deket sama Rendy khan? Nah apa lagi sekarang, bukannya gue udah bikin lo deket banget sama dia. Malah lo bisa dapat tidur sama dia. Udah deh, nggak usah didramatisir, toh pada akhirnya lo juga nggak begitu rugi.” Sahutnya dingin lalu beranjak pergi dari kamar ini meninggalkan diriku yang telanjang sambil menangis. Menangisi keputusan yang kubuat.
Sekilas aku melihat wajahku di cermin. Aku sudah berubah. Gadis yang kulihat di cermin itu bukanlah Sari yang dulu lagi. Wajah penuh bedak dan segala make-up ini membuat aku semakin muak akan diriku sendiri. Aku memang sudah berubah…dan aku menyesali semua itu. Sekarang aku hanya berpikir bagaimana jika nanti aku hamil karena bibit yang ditanamkan Rendy dirahimku ini. Aku menoleh ke arah tempat tidur dan melihat bercak merah di sprei tempat tidur itu. Semua telah terjadi…ku serahkan keperawananku kepada orang yang tidak seharusnya memperolehnya. Disaat yang sama juga aku kehilangan sahabat terbaikku selama ini.

Tamat
matikonyol
matikonyol
Moderator
Moderator

Jumlah posting : 24
Join date : 29.11.10

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik